Thursday, October 01, 2009

2nd stop: Amazing Thailand

Sesampainya di Phuket airport, karena kami hanya berbekalkan alamat dan nama hostel tempat kami menginap dan kurang informasi (kondisi Thailand mirip2 sama Indonesia, agak sulit soal transportasi umumnya), dan lalu kami bertanya pada informasi, dan informasi menyarankan untuk naik mobil van (seperti yang digunakan travel) yang disediakan di depan airport, dengan perorang membayar 150 bath, sekitar Rp 45.000,-. Cukup mahal, tapi karena sudah malam dan kami tidak tahu lagi harus naik apa, dan ternyata dari airport menuju ke hostel kami juga memang cukup jauh.

Tetapi jika untuk mengelilingi Phuket Island dapat dilakukan dengan menggunakan sepeda motor sewaan, biaya sewa perharinya sekitar 200 bath atau sekitar Rp 60.000,-. Dengan modal nekat menggunakan peta yang di dapat dari bandara. Tidak perlu takut nyasar, karena peta dan petunjuk jalannya cukup jelas. Tapi jangan lupa harus punya SIM internasional ya, kecuali modal nekat seperti kami kemarin, hehe untung sedang tidak ada razia, katanya sering kali ada razia jadi harus hati-hati. Atau dapat juga menggunakan tuk-tuk (semacam angkot-nya Thailand) atau taksi. Yang unik dari taksi-taksi yang ada disana adalah taksi-taksi disana tidak berseragam seperti di Indonesia, disana taksinya seperti mobil-mobil pribadi saja, bahkan bagus-bagus dan dimodif layaknya mobil-mobil gaul, hehehe...


dibonceng Winda keliling pulau


tuk-tuk

Tempat yang kami kunjungi di Phuket Island:

1. Na Nai Road
banyak hostel, hotel dan juga tempat makan. Kami sempat menginap satu malam disini, tapi kemudian pindah karena masih jauh dari pantai. Tapi di sebelah hostel kami ada restoran yang jual Tom Yam seafood enak banget!


kami jalan kaki dari Nanai Road menuju Rat Uthit saat berpindah hostel, pake acara nyasar dulu pula!hehe

2. Rat Uthit
Malam-malam selanjutnya di Phuket kami menginap di jalan ini. Dekat dari mana-mana, ke pantai jalan kaki saja (pantai Patong yang terdekat), mall Jungceylon juga ada, tempat makan dari mulai restoran, tenda sampai gerobak juga banyak, dan ada pasar tempat membeli oleh-oleh (tapi tidak disarankan belanja oleh-oleh di Phuket, karena harga lebih mahal jika dibandingkan dengan Bangkok).

3. Patong Beach
Karena ini pantai terdekat dari Rat Uthit, maka inilah pantai yang paling sering kami kunjungi selama berada di Phuket. Patong beach bisa dibilang mirip dengan Pantai Kuta Bali, karena ramai, di sepanjang jalan sebrang pantai terdapat tempat-tempat makan. Dan kita bisa melihat pemandangan orang-orang yang sedang bermain paralayang. Menikmati sunset disini juga cukup bagus. Oia, saat aku dan Winda jalan-jalan disini tidak sengaja menemukan seperti sebuah desa nelayan di ujung pantai ini.





4. Wat Chalong
Salah satu wihara terbesar yang ada di Phuket Island, salah satu tempat yang wajib dikunjungi di Phuket (kata buku turisnya, hehehe).





5. Chalong Bay
Sebuah dermaga, dan banyak kapal-kapal (kalau kataku sih mirip-mirip Ancol cuma lebih bersih, hehe)



6. Promthep Cape
Ini merupakan ujung pulau Phuket, dan merupakan spot terbaik untuk melihat sunset, tapi sayangnya saat kami kesana sedang mendung jadi sunsetnya tak terlihat.



7. Bangla Road
Jangan lupa, salah satu yang terkenal dari Thailand adalah Lady Boy-nya (sebutan untuk para waria disana). Lokasinya persis di depan Jungceylon mall. Saat malam sudah sangat larut, jalan ini ditutup, dan kendaraan bermotor tidak dapat lewat, khusus pejalan kaki. Dan disepanjang jalan ini banyak bar-bar yang menawarkan hiburan lady boy-nya. Bangla Road ini merupakan pusat kehidupan malamnya. Kalian ga perlu masuk ke dalam bar nya untuk melihat para lady boy menari, karena mereka menari di depan atau di balkon bar untuk menarik para pengunjung masuk. Dan sungguh, lady boy-nya cantik-cantik, hati-hati para pria tertipu karena sulit membedakan dengan wanita tulen! hehehe...




Ladyboy

Phi Phi Island

Pada saat di airport, saat sedang bertanya di informasi, kami ditawari untuk pergi ke Phi Phi Island (itu loh tempat shootingnya film The Beach, Leonardo DiCaprio!hehe..), pulang pergi Phuket-Phi phi-Phuket dengan menggunakan kapal besar, makan siang dan snorkeling (tapi cuma lifevest dan google-nya saja, klo fin atau kaki kataknya sih bayar lagi) seharga 1100 bath atau sekitar Rp 330.000,-. Kami merasa sedikit tertipu karena ternyata kapal yang digunakan tidak sebagus digambar (ingat foto suka menipu) dan ternyata kalau kami mencari diluar (bukan di airport) bisa mendapat harga lebih murah, karena saat dalam perjalanan bertemu sebuah keluarga muda yang sama-sama berasal dari Indonesia. Udah mana saat itu cuaca lagi ga bagus, jadi kami ga bisa snorkeling di banyak tempat, tapi makan siangnya enak sih, hehe... Yah namanya juga pengalaman pertama jadikan sebagai pembelajaran saja, tapi kalau saranku kalau kalian ke Phi Phi sempatkanlah menginap disana supaya puas dan ga rugi. Sempat lihat-lihat harga penginapannya tidak begitu mahal, dan kalau mau keliling untuk snorkeling bisa menyewa perahu kecil.

Saat perjalanan pulang dari Phi phi menuju Phuket, cuaca memang benar-benar sedang tidak bagus dan goncangan kapal sangat kuat, sampai-sampai setiap orang dibagikan kantong plastik! Hahahaha jadi buat yang mabokan jangan lupa bawa antimo, dan tidur sepanjang perjalanan.


begitu melihat bukit-bukit batu di sekeliling Phi Phi, mas Akta langsung minta foto-foto




bonceng turis Bangla keliling pulau, hehe. Banyak orang-orang yang keliling menggunakan sepeda


Mas Fandi kasih makan ikan saat snorkeling

Hal yang tak terlupakan untukku selama disana:
Makanan
(Seafood, Tom Yam, buah-buahan, barberque pinggir jalan, dll.)
Kalau kalian pecinta wisata kuliner ini adalah surganya. Tom Yam disini enak-enak banget! Seafoodnya juga, kami bahkan pesta seafood pada saat makan malam terakhir di Thailand. Jajan-jajanan pinggir jalan juga yahud-yahud. Tak ketinggalan buah-buahannya, murah dan enak! Selama beberapa hari disana setiap hari aku pasti beli buah-buahannya. Kalau di dekat Jungceylon mall ada pasar modern, dimana jual dari mulai buah,ikan, dan daging! Lebih baik beli buah disini, karena di tukang buah pinggir jalan kadang mahal (harganya suka beda-beda), tapi kalau sore dan malam suka ada mobil pick up yang berjualan buah (tapi cuma 2 macam) dan biasanya murah banget!

Info:
Harga-harga hostel di Phuket cukup murah antara Rp 50.000 - Rp. 200.000,-. Hostel kami menginap, yaitu Coast Star Mansion Hostel, perorang 150 bath atau Rp 45.000,- . Dan kamarnya bersifat private room (biasanya diisi 2 orang, jadi satu kamar harganya Rp 90.000,-), memang tidak pakai AC hanya fan saja, tapi kamar mandi dalam (air hangat), TV, lemari dan meja rias disediakan serta dapat handuk ganti setiap harinya dan kamar dibersihkan setiap hari.
Disana terdapat laundry kiloan yang cukup murah dan cepat.
Orang-orang Thailand tidak begitu pandai berbahasa Inggris, dan wajah orang Indonesia mirip-mirip Thailand, selama disana, aku dan Winda selalu dikira orang Thai dan diajak bicara bahasa tagalog.
Untuk yang muslim, hati-hati daging babi!

Tips lainnya:
Sesampainya di bandara, jangan lupa untuk mengambil peta (gratis) dan juga brosur-brosur yang biasanya ada di bandara-bandara, penting banget!
Belajarlah membaca peta !



Melalui darat, kami melanjutkan perjalanan ke kota Penang, Malaysia.

Saturday, September 26, 2009

Ekspedisi 5 negara, first stop: Uniquely Singapore

Bulan Juli kemarin akhirnya aku dan 5 orang temanku lainnya, Winda, Mbak Uka, Mbak Diana, Mas Akta dan Mas Fandi melakukan perjalanan ke 5 negara, yaitu Singapur, Thailand, Malaysia, Hongkong dan China. Ini adalah perjalanan pertama aku dan Winda keluar negeri tanpa bantuan travel ataupun orang tua (semua-semua diurus sendiri) dan ala backpacker. Tapi ketua tim kami, yaitu Mas Akta, sudah sangat berpengalaman sebagai backpacker, dan selama perjalanan aku cukup mendapat banyak ilmu yang aku mau bagi disini.

Tiket Airasia Jkt-Singapur sudah kami beli dari bulan Juni. Tips untuk kalian yang mau dapetin tiket pesawat murah, intinya cuma satu:

sabar!
Kalau mau beli tiket,apalagi untuk perjalanan jauh-jauh hari, ga usah buru-buru beli, pantau dulu harga tiketnya, karena perusahaan-perusahaan penerbangan suka menawarkan tiket promo.

Jangan lupa sekarang fiskal mahal banget, supaya bebas fiskal:
cukup bawa fotocopy NPWP, dan untuk kamu yang masih dibawah 21 tahun bisa pakai NPWP orang tua (biasanya ayah) fotocopynya saja cukup, tapi yang sudah lewat 21 tahun dan masih belum bekerja (seperti aku, hehe) cukup bawa fotocopy NPWP ayah dan fotocopy kartu keluarga. Ngurusnya juga cepat dan ga ribet, cukup datangi loket bebas fiskal yang ada di dalam bandara.

Sebelum pergi ke negara tujuan, booking terlebih dahulu hostelnya melalui internet, bisa cari ke sini atau di sini. Biasanya sih, Anda diminta membayar uang muka terlebih dahulu melalui transfer atau credit card. Jangan lupa liat referensi dari orang-orang yang pernah menginap disana, maklum kadang kan foto suka menipu, hehe. Dan hostel biasanya punya beberapa tipe kamar, tinggal pilih mau yang private room (tapi harga lebuh mahal) atau shared room (lebih murah dan bisa dapat teman baru).

Dan di Singapura, Mas Akta memilih sebuah hostel di kawasan Geylang, Aljunied yang dekat sekali dengan stasiun MRT, bernama 98SG hostel. Rata-rata harga hostel di Singapur sekitar Rp 100.000 - 200.000,-, udah plus breakfast, dan biasanya dapet fasilitas wi-fi, mereka juga menyediakan komputer, yang pakainya harus bergantian, hehe.




foto bersama di hostel

Tempat-tempat yang kami kunjungi:

1. Orchard Road
Kalau untuk kalian yang mau belanja barang-barang branded, sepanjang jalan berisikan toko-toko dan mall-mall besar. Tapi kebanyakan tempat makan disini restoran-restoran yang harganya makanannya tidak begitu murah (untuk standar backpacker), yang paling murah ya MCDonalds palingan. Tapi untuk kamu yang backpacker tapi juga berwisata kuliner (ga mentingin harga untuk makanan), ga masalah untuk coba-coba tempat makan disini, banyak pilihan.


2. Merlion Park
Patung singa kaki duyung yang jadi lambang negara ini, katanya belum ke Singapura kalau belum foto di sana.



Anderson Bridge

Kalau kalian pergi ke Merlion Park menggunakan MRT, dari stasiun MRT jalan menuju Merlion Park, kalian juga bisa melihat Anderson Bridge. Lalu tepat di seberang Merlion Park, terdapat Esplanade, sebuah teater (dekat) pelabuhan, yang bentuk kubahnya mirip buah Durian.

3. Bugis
Ini dia satu lagi surga belanja di Singapura, selain toko-toko yang punya "brand" tapi ada yang namanya Bugis Street, semacam Melawainya Singapura, hehe kalau mau cari oleh-oleh kayak postcard, keychain dll. disini aja. Cari baju-baju, sepatu dan aksesoris juga disini. Salah satu tempat belanja favoritku di Singapura. Oia ada restoran yang namanya Toast Box, restoran ini tempatnya enak dan punya menu paket yang rasanya juga lumayan enak dengan harga yang cukup murah (untuk standar makan di Singapur).


4. Little India
Ada toserba yang buka sampai malam banget, dan barang-barangnya lumayan lengkap dan lumayan murah, hehe.

5. Marina Bay
Ini pelabuhan di Singapur, kalau kita pergi dari Batam naik kapal laut, maka kita masuk melalui Marina Bay. Lokasinya tidak jauh dari Merlion Park. Disini juga terdapat mall besar.

6. City Hall
Sekali lagi, disini ada tempat perbelanjaan juga dan Supreme Court, yang dibangun tahun 1939, bentuk bangunan klasik.



Tips untuk para wanita yang jalan-jalan ala backpacker tapi juga mau belanja. Berbeda dengan koper, tas backpack punya kapasitas yang sangat terbatas, dimana kita juga harus menimbang apakah kita kuat untuk membawa tas tersebut atau tidak. Jadi kalau tempat tujuan kita negara-negara surga belanja, dan kita memang sudah niat untuk berbelanja, cukup bawa beberapa pasang baju, seperti aku kemarin hanya membawa sepasang baju pergi dan sepasang baju tidur. Sisanya? BELI!hehehe... Tapi kita juga jangan sampai kalap dan membeli terlalu banyak hingga tidak cukup di tas kita. Setiap habis belanja sesampainya di tempat menginap coba masukan belanjaan ke dalam tas, supaya kita tau berapa sisa kapasitas tas kita. Ga perlu pakai plastik atau kotak-kotak yang bikin penuh, contoh kotak sepatu.


Tips transportasi:
Di Singapura, fasilitas transportasinya sudah sangat baik, lebih baik naik MRT yang jam operasinya 6 am- 12 pm atau bus umum. Hindari taxi, kalau ga kepepet (contoh: ngejar pesawat atau pulang kemalaman), soalnya mahal, hehe.. Oia, ada juga free feeder bus, lumayan kan? coba dimanfaatkan, hehe tanya-tanya aja, salah satunya ada dari City Hall. Untuk ke Changi airport juga naik MRT aja.
Untuk MRT dan bus, kita harus bisa baca peta rutenya supaya ga kesasar.


Mbak Diana yang lagi belajar beli tiket MRT, hehe

Fyi, biaya makan di Singapura salah satu paling mahal di antara negara-negara ASEAN lainnya. Hindari makan di mall, karena sudah pasti mahal. Kalau mau murah cari semacam food court, restoran atau tempat makan India, Cina atau Melayu.

Dari Singapura, kami melanjutkan perjalanan ke Phuket Island, Thailand. Tadinya kami mau lanjut ke Bangkok, tetapi sehari sebelumnya, kami mendapat tiket ekonomi promo Tiger Air menuju Phuket Island, jadi kami putuskan secara mendadak. Tiger Air, merupakan maskapai penerbangan Singapura yang menawarkan tiket murah (tapi jangan harap dapat makan atau minum ya), kalau di Indonesis sih semacam Lion Air. Harga tiket ekonomi promo tiger yaitu sekitar Rp 400.000,- (kalau di rupiahkan). Sebenarnya harga tiketnya hanya 5$, tapi seperti yang kita tahu, airport tax Singapore cukup mahal, hehe...

Friday, September 11, 2009

Apa kabar Bandung?

Di Bandung, makin banyak tempat makan baru, terutama di daerah Riau. Dan aku yang memang hobi mencoba berbagai tempat makan, dari tenda, warung hingga restoran pasti akan mendatanginya!hehehe...

Dan ini ada 3 tempat baru yang ingin aku perkenalkan:


Nanny's Pavillon
Jl. RE Martadinata no 112 (Riau), Bandung

Menu yang ditawarkan: Pancake, Waffle, Bakedrice, etc.

Dekorasinya bagus, unik, serba putih. Dan biasanya tempat ini selalu ramai dikunjungi, terutama weekend.

Makanannya enak, andalannya Pancakes pastinya, walaupun masih kalah rasa dengan Pancious (Jakarta). Tapi tempatnya asik buat santai dan mengobrol.






Bakedrice


Blueberry cheese roll pancake



Roemah Keboen
Jl. RE Martadinata no. 156 (Riau), Bandung

Menu yang ditawarkan: dari mulai masakan Nusantara hingga western.

Yang pasti tempatnya enak banget bisa pilih di dalam ruangan atau pinggir kolam atau di atas. dan bagi yang bawa kendaraan, disediakan vallet, jadi ga perlu repot cari parkir dan pindahin mobil saat makan.


*bingung, kenapa dekorasinya Motor Gede?







Suki Garden, The Valley
Jl. Lembah Pakar Timur No. 28 Dago (Dago pakar), Bandung
(bersebrangan dengan The Valley, masih satu manajemen)

Menu yang ditawarkan: Buffet, dari mulai shabu-shabu, tepanyaki, sushi, bahkan ada makanan jadinya seperti nasi goreng dll. dan yang paling oke, dessert-nya bermacam-macam.

Sebenarnya ini bukan restoran baru, tapi masih banyak yang belum tau tentang Suki Garden, tapi pasti tau The Valley, tinggal nyebrang aja kok. Tempatnya enak, yang pasti adem (iyalah di Dago pakar), dan view-nya oke banget.





Sekalian cerita, minggu lalu pergi ke tempat ini bersama Keluarga Bahagia (Mama Dei, Tante Winda, Tulang Ivan, Bibi Andris, Macek Dita). Untuk berbuka puasa bersama sekaligus merayakan ulang tahun Wina dan Winda (berbulan-bulan lalu,hehe) dan pulangnya Ivan dari Korea. Setelah sekian lama tidak berkumpul, akhirnya bisa kumpul lagi, dengan nafsu makan yang tetap besar (karena itulah kami selalu memilih Buffet), dan tentu saja progress report dari semuanya. Senang sekali, mengingat mungkin kebersamaan kami setiap hari hanya tinggal 1 tahun lagi. :'(

Bisous,
Neng Wina.

Wisata Candi di Yogyakarta

Hollaback!

Sebenarnya ini adalah kelanjutan cerita dari perjalanan aku di akhir bulan Juni kemarin, tapi baru posting sekarang. Untung aja ada notes yang dibuat Mas Obby di facebook, jadi masih bisa cerita secara detail.

Setelah dari Rawa Pening, aku, Mas Obby dan Mas Afrizal melanjutkan perjalanan langsung ke Candi Borobudur, dan di dalam bus kami melanjutkan tidur kami yang tertunda. Kami janjian di pertigaan dekat Borobudur dengan Winda, Mas Putra dan Mas Hendy, karena belum datang jadi kami duduk-duduk (di pos polisi lagi) dan mengobrol dengan mas-mas polisi (karena masih muda) yang baik hati. :)

Ternyata mereka menjemput kami dengan mobil (pake AC), harus di-bold! Hahaha akhirnya ketemu AC lagi dan bisa duduk dengan nyaman. Akhirnya kami sampai di Borobudur, dan panas boook untung saja bawa payung. Tapi kalau kalian yang lupa bawa payung, disana juga banyak orang yang menawarkan jasa peminjaman payung, sekitar Rp 5000,-. Kami beli tiket masuk yang sekaligus paket dengan Candi Prambanan seharga Rp 20.000,-. Normalnya kalau masuk ke Borobudur atau Prambanan (salah satu saja) Rp 12.500,-, jadi lebih baik beli tiket terusan,hehe. Akhirnya cita-citaku ke Borobudur tercapai juga! Hari itu Borobudur sedang ramai-ramainya anak sekolah study tour. Dan saat disana sempat bertemu dengan pasangan bule backpacker yang mengandalkan buku Lonely Planet, dan berbagi info dengan mereka. Dan yang lucu, anak-anak sekolah yang study tour dapet tugas untuk mewawancarai para turis asing (sekalian foto bersama), jadi si bule cerita kalau mereka jadi berasa artis gitu ditanya-tanya dan foto-foto,hehehe... Setelah keliling dan foto-foto, dan bahkan Mas Afrizal sempat-sempatnya charge baterai kamera di candi! Kami mampir ke sebuah museum yang masih berada di dalam kawasan Borobudur, yaitu Museum Kapal Samudraraksa. Di dalam museum tersebut terdapat Kapal Samudraraksa, yang mana dibuat berdasarkan relief yang ada di candi Borobudur tersebut dan masih dengan cara yang sangat tardisional, yang menurut cerita pada abad ke-8 kapal tersebut mengarungi lautan hingga ke benua lainnya! Dan pada tahun 2004, kapal ini bener-bener telah dicoba mengarungi lautan hingga ke Madagascar. Dan di museum ini, terdapat cerita, alat-alat dan foto dari mulai ide membuat kapal tercetus, pembuatan hingga berlayar dan kapal ini kembali ke Indonesia. Sayangnya, kalau mau masuk ke dalam kapal bayarnya mahal, sekitar Rp 100.000,-. Jadi kami lihat-lihat dari luar aja.

Setelah Borobudur, kami lanjut ke Candi Mendut, tapi tidak masuk ke dalam, hanya lihat-lihat dari luar saja, karena capek sekali. Bahkan saat makan siang, aku memilih diam di mobil dan tidur! Lalu kami lanjut lagi ke Candi Sambisari, yang harga tiketnya (kalau tidak salah) Rp 3000,-. Kata Mas Obby candi ini ditemukan kembali secara tidak sengaja oleh seorang petani ketika sedang mencangkul tanah pada tahun 1966. Candi tersebut telah terpendam dalam lapisan lahar Gunung Merapi setebal 6,5 meter. Setelah puas foto-foto dan bermain-main dengan anak-anak kecil yang ada di situ. Kami melanjutkan perjalanan ke Candi Barong, yang mana jauh banget naik-naiknya (tapi bisa pakai mobil atau motor kok), bahkan dari atas sana kita bisa melihat kota Yogyakarta, dan masuk candi ini gratis tanpa pungutan apapun! Candi Barong terletak di sebuah bukit di dusun Candisari, Sambirejo, Prambanan. Dan pemandangan sunset disana benar-benar indah, kalian harus coba kesana!


Borobudur




Candi Mendut


Candi Sambisari dari atas


sunset di Candi Barong

Setelah menikmati sunset, kami makan malam di Bebek Goreng Hj. Selamet di Jl. Gejayan, yang mana ramai sekali! Lumayan enak kok bebeknya. Setelah itu kami semua diantarkan Mas Hendy satu persatu ke tempat tumpangan kami menginap,hehe. Mas Obby di rumah tantenya, Mas Afrizal di kostan saudaranya, Winda di kostan temannya, dan Aku di kostan Riris, sahabat dari SMA. Sesampainya di kostan Riris langsung mandi, setelah ga mandi-mandi, hehe berbagi cerita dan tertidur pulas.

Hari kedua di Yogya. Pagi harinya, diajak Riris sarapan di restoran gudeg dekat kostannya, yang kabarnya terkenal di Yogyakarta (lupa namanya, mau tanya Riris dulu). Karena Mas Hendy ada urusan, jadi kami memutuskan jalan-jalan dengan naik motor. Winda dengan mas Putra, Mas Afrizal dengan temannya dan aku? nelpon Mas Obby pagi-pagi yang masih tidur dan tadinya ga mau ikut tapi pada akhirnya pergi juga dengan meminjam sepeda motor sepupunya, Big hug for you Mas!hehehe... Pergilah kami ke Candi Prambanan, tentu saja dengan tiket terusan dari Borobudur kemarin. Sayangnya, akibat gempa besar yang terjadi Mei 2007, Candi Prambanan masih diperbaiki, sayang sekali jadi ga gitu puas. Setelah puas berkeliling dan foto-foto, kami melanjutkan perjalanan ke Candi Ratu Boko. Sempat mampir minum Dawet Kalasan di siang bolong. Masuk ke dalam Ratu Boko bayar Rp 12.500,-. Dan candi ini sedikit berbeda dengan candi-candi sebelumnya, sebenarnya ini bukan candi tapi keraton dimana raja sering berlibur kesini, areanya cukup luas dan bangunannya tersebar, dan ada tempat para mandi selir-selir raja, dan masih ada airnya, hati-hati jatuh karena lumayan dalam. Katanya, dulu raja menonton dari atas, dan melempar selendang ke bawah, nah selir yang mendapatkan selendang tersebut yang mendapat "jatah" setelah itu, hehehe...


wina dan winda di depan Prambanan


Ratu Boko


ini dia tempat mandinya!

Setelah puas berkeliling Ratu Boko, kami pergi makan siang ke Warung Makan SS yang punya berbagai macam jenis sambal yang semuanya pedas teramat sangat! Dan setelah itu perjalanan ini harus ditutup, walaupun belum puas berkeliling kota Yogyakarta, banyak candi dan tempat makan yang belum aku kunjungi. Tapi keesokan paginya sudah berjanji mengantar temanku di bandara, Ivan Imanuel yang pergi student exchange ke Korea Selatan. Karena Winda pulang ke Bandung, akhirnya aku pulang sendiri ke Jakarta menggunakan kereta bisnis Senja Utama Yogyakarta-Jakarta yang berangkat pukul 18.15 seharga Rp 100.000,-. Tapi karena itu hari libur dan yakin pasti penuh antriannya, jadi aku beli melalui agent tarvel, cukup bayar tambahan Rp 10.000,- saja dan tidak perlu mengantri. Karena ternyata saat di kereta, ibu-ibu sebelah bercerita bahwa ia harus mengantri panjang dari pagi untuk dapat tiket, hehehe bisa jadi alternatif juga untuk kalian. Dan sampai di kota terminal Senen Jakarta pukul 5 pagi hari.

Sungguh perjalanan yang menyenangkan, dan bulan oktober nanti aku berencana untuk kembali ke Yogyakarta sekaligus mengunjungi kota Solo.

Terima kasih kepada Riris yang telah menyediakan tempat berteduh, Mas Obby yang sudah bersedia meminjam motor untuk mengantarku jalan-jalan, Winda, Mas Putra dan Mas Hendy yang sudah bersedia menemaniku jalan-jalan.

Bisous,
Neng Wina.

Sunday, July 05, 2009

Sunrise at Rawa Pening


foto diatas punya mas obby







Apa itu Rawapening? Rawapening itu danau.
Dimana itu Rawa Pening? Rawa Pening itu berada di sebuah kota kecil bernama Tungtang, dekat Salatiga.
Kenapa kami tiba-tiba bisa berada disana? Bermulai dari obsesi Mas Afrizal yang pengen banget foto-foto saat sunrise disana, karena pernah nglihat sebuah foto Rawa Pening di kala sunrise yang bagus banget katanya. Dan karena kita udah sampe semarang, tanggung banget aklau ga kesana.

Akhirnya Mas Obby pun ikut tertarik dan aku daripada jadi obat nyamuk bareng winda dan mas putra, akhirnya memutuskan untuk bergabung ke Rawa Pening. Kami berangkat dari Semarang pukul 3 dini hari menaiki bus Semarang-Solo dengan ongkos Rp 7.000,-. Perjalanan yang (kalau siang) memakan waktu 1,5 jam tetapi karena jalanan sepi dan abang sopir bus nya ternyata spertinya ex-pembalap, dalam waktu 30 menit saja kami sudah sampai tujuan!

Krik krik krik, kotanya masih gelap gulita, sepi bangetbanget, namanya juga kota kecil mana mungkin mudah menemukan penginapan. Akhirnya dekat tempat kami turun ada pos polisi, lalu kami beristirahat sejenak disana, dan ternyata dingin abnget, walopun udah pake sweater tetep aja kedinginan. Aku dan mas afrizal sempat tertidur dengan sleeping bag, dan mas Obby cari-cari info dimana Rawa Pening, eh ternyata ga jauh dari pos polisi itu, cuma karena gelap jadi ga kelihatan.

Lalu saat lagi istirahat di pos polisi itu, kami mendengar suara adzan berarti deket-deket situ ada masjid atau mushola. Akhirnya kami berjalan kaki, ketemu bapak baik hati pemilik warung yang mengantar ke mushola. Btw, nyari mushola juga karena kebelet bangetbanget (mushola berarti ada wc dong ya). EH ternyata toiletnya tidak spt yang dibayangkan, hahaha maklumlah desa kecil. Toilet (ga tau itu toilet atau apa) disana ga ada pintu, haha dan bukan macam WC jongkok atau duduk, hanya air mengalir sampai jauh, hahaa dan Mas Obby dan Mas Afrizal ditugaskan menjaga depan toilet!hehe... Setelah salat, kami putuskan untuk segera mengejar sunrise yang mulai terlihat. Carrier kami, kami titipkan ke bapak pemilik warung baik hati tadi.

Dan wouw, ternyata sunrise disana emang keren banget!! Jadi di Rawapening itu, saat matahari mulai mau naik, para nelayan juga ikut turun ke danau mencari ikan, disana juga ada kayak tambak-tambak gitu serta latar belakangnya ada gunung. Dan aku sempet jadi model dadakan, dimana harus naik-naik sampan menjaga keseimbangan, Aduh Mas Afrizal fotonya buruan nanti keburu nyebur... Akhirnya matahari sudah naik, dan kami harus melanjutkan perjalanan kembali, karena teman-teman Yogya akan menunggu di Candi Borobudur!

Aku dan mas obby sempat merasakan sarapan di Rawapening yang begitu murah, nasi+tempe orak-arik+bihun goreng+telur cukup Rp 3.000,- saja. Dan saat mengambil carrier, kami juga sempat mengobrol dengan bapak dan ibu pemilik warung, kenalan sama cucunya, dan saat sudah jalan, loh kok kita lupa nanya nama si bapaknya!hahaha padahal si bapak minta kami mampir lagi kalau kesana, semoga suatu hari kami kesana lagi yah pak... :)

Sampai bertemu lagi di cerita wisata candi Yogyakarta...

Bisous,
Neng Wina.

Saturday, July 04, 2009

Dehidrasi Semarang

Sesampainya di Jepara sore hari, kami langsung menuju terminal dan menaiki bus terakhir menuju kota Semarang (Bala langsung pulang ke jakarta naik bus super eksekutifnya, dengan alasan "bus mania",haha), bus Jepara-Semarang memakan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan dengan ongkos Rp 10.000,-, dan karena bus terakhir jadi kondisi bus teramat sangat penuh sesak! Akhirnya jam 7 pm kami sampai di terminal Turboyo, sesampainya disana, rombongan terbagi 2, aku bersama winda, mas putra, mas obby, dan mas afrizal memutuskan untuk menginap beberapa hari di semarang, dan teman-teman lainnya pulang ke yogya.

Di Semarang, kami menginap di rumah mas Radityo Prabowo, teman Mas Obby (yang mana mas Obby kenal lewat blog dan juga belum pernah ketemu langsung). Dengan sedikit petunjuk dan info dari Mas Radit tentang lokasi tempat tinggalnya, kami cari kendaraan yang menuju kesana, dan satu pelajaran pertama yang aku dapat di kota Semarang, KENEK DAN SUPIR BUS DAN ANGKUTAN UMUM DISANA SUKA NIPU! Yah walopun ga semua, ada oknum-oknum tertentu, tapi tetep aja bikin kesel. Pertama, mereka bilang lewat tempat tujuan kita, dan ternyata kita diturunin di tengah jalan dimana kita harus lanjut lagi naik kendaraan umum lainnya untuk sampai sana. Kedua, ongkosnya dimahalin, bahkan kami harus ngomel-ngomel minta uang kembali ke keneknya. Akhirnya setelah bertemu mas Radit dan menaruh carrier (btw kami janjian dengan Mas Radit di sebuah swalayan,sempet norak banget waktu ketemu AC!hahaha), kami pergi ke simpang lima untuk makan nasi ayam (yang super famous itu). Ternyata nasi ayam baru buka di atas jam 10 pm, jadilah kami mampir dulu ke lawang sewu (tapi ga masuk) dan tugu muda (sebrangnya), sempet makan es puter Cong Lik, tak jauh dari simpang lima, kalian harus coba es puter rasa sirsaknya, seger banget! Dan kemudian makan nasi ayam lesehan, baru buka aja udah rame banget, hmm lumayan enak sih nasi ayamnya, harganya sekitar belasan ribu rupiah tergantung dari apa saja yang kita ambil.


Lawang Sewu di malam hari


foto depan tugu muda

Hari pertama: makan bubur kacang hijau di simpang lima, lalu ke klenteng Sam Poo Kong. Lanjut ke Lawang Sewu (dan masuk ke dalamnya). Oia sekedar info, bulan juli ini Lawang Sewu akan direnovasi dan diaktifkan kembali sebagai kantor PJKAI, sehingga tidak akan bisa dimasuki lagi sebagai tempat obyek wisata (beruntunglah kami,hehe..). Btw masuk lawang sewu kami harus bayar Rp 5.000,-/orang dan Rp 25.000,- untuk tour guidenya, dan yang apsti uang itu tidak akan masuk kas negara, untuk siapa yah?? Karena setelah dipikir-pikir kok naik kendaraan umum di Semarang mahal banget maka kami memutuskan jalan kaki dari Lawang Sewu ke simpang lima, hehe panas banget yah semarang dan makin hitamlah kami! Setelah salat di masjid Baiturrahman, maka kami melanjutkan perjalanan ke kota lama semarang. Belum puas foto-foto di kota lama, aku, mas obby dan mas afrizal berjalan kaki ke gang lombok, melewati daerah pecinan. Sedangkan winda dan mas putra menunggu di depan gereja blenduk (gereja immanuel, gereja tertua di semarang), karena winda terlalu lelah. Di Gang Lombok ada klenteng Tay Kak Sie, dan miniatur Kapal Laksamana Cheng Ho (yang katanya akan dipugar, karena menghambat sampah di kali tersebut), dan kita boleh loh masuk ke klentengnya, melihat orang-orang yang lagi ibadah (hehe maaf ganggu..). Dan di gang lombok, ada Lunpia yang enak banget! Satunya memang agak mahal, Rp 10.000,- tapi yah memuaskanlah.


depan Sam Poo Kong






Lawang Sewu (dari dalam)


gereja blenduk


klenteng Tay Kak Sie


di dalam klenteng


lunpia basah gang lombok (ada keringnya juga)

hari kedua: Deket tempat mas Radit, ada pasar dan kami cari sarapan disana, makan nasi soto ayam, telur asin, dan teh manis hanya Rp 4500,-. Lalu kami naik bus dengan ongkos Rp 3500,- ke Pagoda Avalokitesvara, cukup jauh perjalanan sekitar 30menit melewati jalan tol. Setelah dari sana kami jalan kaki sekitar 30 menit menuju MURI yang terletak di pabrik jamu jago. Dan kemudian pulang ke tempat Mas Radit, setelah makan siang, Winda dan mas Putra kembali ke Yogyakarta lebih dahulu. Sedangkan aku, Mas Obby dan Mas Afrizal mau mampir dulu ke Rawapening untuk melihat sunrise disana.


Pagoda Avalokitesvara (tingkat 7)


skripsi terbesr di MURI, wouw!

Untuk melihat lebih banyak lagi foto-foto di Semarang bisa lihat disini.

Sampai bertemu di cerita Rawapening dan Yogyakarta! :)

Bisous,
Neng Wina.