Saturday, April 10, 2010

Pangandaran, Jawa Barat

Happy SUN(ny)DAY !

Dengan badan sedikit lelah dan pegal-pegal, bersemangat menulis. Padahal jam 1.30 dini hari tadi baru saja menginjakan kaki di rumah, setelah mengunjungi Pangandaran, berangkat hari jumat jam 23.00 WIB dari Bandung. Yup, aku dan beberapa teman kampus baru saja pulang dari Pangandaran PP tanpa menginap, dengan tujuan survey untuk liburan angkatan. Tapi yang unik adalah setelah tadi berbincang dengan Bala di YM, aku baru tersadar tepat di hari yang sama 1 tahun lalu, aku pun pergi ke Pangandaran untuk body rafting di Green Canyon. Thanks Bala sudah mengingatkan, jadi seperti ritual di tgl 10 April ya, hehe.

Perjalanan kali ini, didampingi oleh ceu' Ika (panggilan sayang jadi Cika), teman kampus yang asli orang Ciamis, dan kebetulan mendapat tempat KKN di Pangandaran. Selain survey tempat menginap, kami pun mengunjungi obyek-obyek wisata di Pangandaran. Green Canyon, Batu Karas, pantai barat dan timur, Cika juga membawa kami ke Sasak Gantung dan Citumang river. Sebenarnya Cika bilang masih banyak tempat wisata lain di Pangandaran yang bisa dikunjungi, tapi sayang waktu kami sangat terbatas.

Sempat mencoba banana boat di batu karas, satu Banana Boat bisa dinaiki 5 orang, setelah tawar menawar akhirnya satu orang dikenakan biaya Rp 30.000,-, hmm mungkin kalau weekdays bisa lebih murah.


before banana boat

Sasak gantung, sebuah jembatan gantung yang terbuat dari rotan, letaknya tidak jauh dari Batu Karas, menjadi sebuah jembatan yang sangat penting bagi kehidupan warga sekitar. Banyak dilalui pejalan kaki, dan juga sepeda motor. Sensasinya ya pada saat jalan di atasnya, apalagi lari-lari, pasti bergoyang, dan kebetulan pada saat di atas jembatan ada sepeda motor yang lewat, kita harus berdiri ke tepi jembatan sambil berpegangan ke kawat yang menjadi pagar jembatan. Karena kami bukan warga sekitar dan pengunjung, masing-masing orang dikenakan biaya Rp 1000,- oleh penjaganya.





Citumang river, sebenarnya tidak begitu juauh dari Pangandaran, tetapi sayang petunjuk jalan menuju kesana sangat kurang dan akses jalannya juga tidak begitu bagus, padahal ini salah satu obyek wisata yang masuk dalam program Visit Pangandaran. Dan bagi yang belum pernah kesana, memang harus ada yang mengantar, dari tempat parkir mobil yang terdapat warung-warung, ada guide sekitar yang biasanya akan menawarkan untuk mengantarkan, karena memang jalan yang harus dilalui tidak seperti menuju sebuah tempat wisata, kami saja kemarin bingung waktu dibawa Cika kesana. Masing-masing orang dikenakan biaya masuk Rp 5000,-. Dan ternyata di sungai citumang ini juga terdapat body rafting, dengan track yang jauh lebih pendek dan juga biaya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan body rafting di Green Canyon. Di Green Canyon, bisa makan waktu hingga 5-6 jam, arus lebih kuat dan batu karang lebih banyak, intinya sih jauh lebih sulit dibanding Citumang, tapi untuk view memang Green Canyon lebih oke. Yang unik dari Citumang yaitu terdapat sebuah goa yang bisa kita masuki tapi tetep dengan berenang, sayangnya saat kemarin kami kesana, air lagi tinggi, jadi kami cuma bisa masuk ke dalam goa sampai 40 meter, daripada ga keluar-keluar lagi kan?hehe. Kalau memang mau body rafting, terutama seperti kami, body rafting sampai menuju tempat parkir mobil lebih baik menyewa life vest dengan biaya Rp 10.000,-, nanti dapet satu orang guide juga. jangan lupa kasih tips untuk aa' guide nya juga loh, seikhlasnya.

Sebenarnya dulu di Citumang ini juga terdapat perahu-perahu seperti di Green Canyon, tapi sayang akibat banjir, perahu-perahunya terseret arus entah kemana, hahaha.

Sayangnya, karena kami body rafting tanpa persiapan, mendadak begitu saja jadi aku ga bawa si miumiu, kamera kebanggaan untuk nyemplung-nyemplung di air, jadi ga ada foto saat body rafting deh. tapi kami tetap sempat dong melakukan sesi foto di awal-awal, hehe maaf jika foto-foto dibawah ini menohok mata Anda semua. hahaha







Model dadakan:



NB: dua temanku ini normal kok, cuma kelakuannya aja yang minus,hahaha *peace love n gaol ya ichan dan teguh

Makan siang di pasar ikan, pangandaran, jangan lupa untuk nawar ya! Kami pesan ikan kakap putih bakar, cumi goreng tepung, cumi saos padang, tumis kangkung tentu saja beserta nasi habis sekitar Rp 110.000,-. Hmmm sebenarnya ga begitu beda jauh ya harganya dengan makan seafood di Bandung, tapi masa dah pergi ke pantai tapi ga makan seafood kan aneh,hehehe.

Hasil survey: selain mendapat beberapa pilihan tempat menginap dan obyek wisata untuk liburan angkatan nanti, banana boat dan body rafting telah terbukti aman. hehehe

Monday, March 08, 2010

Pacitan, Jawa Timur

Halo Halo Halo Halo

Sudah lama sekali aku tidak menulis, dan sudah banyak perjalanan yang tidak tercatat disini (bulan Desember awal ke Kamboja, Thailand, dan Singapura dan tahun baru ke Yogyakarta, suatu saat akan aku posting). Bukan karena super sibuk sampai tidak menulis, tapi karena sebenarnya aku tidak begitu suka menulis dan juga tidak pandai menulis. Tapi perjalanan terakhir kemarin benar-benar ingin aku ceritakan.

Di penghujung akhir bulan Febuari kemarin terdapat libur panjang di akhir pekan, karena itulah aku dan Ricco merealisasikan keinginan kita dari tahun lalu yang tertunda yaitu ke Pacitan. Banyak orang bingung dan bertanya "ada apa di Pacitan?", mulanya kami penasaran dengan Goa Gong yang kabarnya merupakan salah satu goa terindah di Asia Tenggara.

Kamis malam kami berangkat dari Stasiun Padalarang menggunakan kereta ekonomi Kahuripan dengan biaya Rp 26.000,- menuju Yogyakarta. Karena esok harinya long weekend, kami pun kehabisan tiket duduk, tinggal yang berdiri saja. Padahal kan tiket kereta ekonomi harus beli on the spot, ga bisa dari beberapa hari sebelumnya, tapi ternyata dari pagi sudah habis. Ada untungnya datang lebih cepat, jadi kami pergi ke Restorka (gerbong makan), dan ditawari duduk dengan membayar biaya tambahan Rp 25.000,- kalau duduk di bangku (yang ada mejanya) atau Rp 20.000,- di bangku tambahan (semacam bangku plastik), dan selain dapet duduk dapet makan (pilihannya nasi rames, nasi goreng, mie goreng atau mie rebus) dan minum (teh manis hangat). Daripada berdiri semalaman dan kebetulan kami juga belum makan jadi kami putuskan untuk mengambil tempat duduk. Dan ternyata benar saja, kereta benar-benar penuh, bahkan sempat di beberapa stasiun penumpang yang sudah membeli tiket tidak bisa naik karena kapasitas kereta yang sudah berlebihan. Berangkat pukul 19.30, kami sampai di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta pukul 6.00.

Sambil menunggu rombongan dari Jakarta (teman-teman Ricco), kami bebersih di toilet stasiun dan sarapan di warung makan depan stasiun yang menyediakan jasa charge HP bayar Rp 2000,-,hehe.. Rombongan JKT datang, kemudian mereka langsung mengantri membeli tiket kereta eko untuk pulang hari minggu nanti, tempat penjualan tiket belum buka tapi yang antri sudah panjang sekali. Klo untuk kereta eko yang dari dan ke jkt, kita bisa beli tiket beberapa hari sebelumnya, tidak seperti yang ke BDG.

Kami akan ke Pacitan dengan menggunakan dua mobil milik Mbak Tari (teman Ricco dari JKT yang asli orang Yogya). meeting point selanjutnya dengan Mbak Tari di bandara, sehingga dari stasiun kami harus jalan kaki ke Malioboro dan kemudian naik Trans Yogya menuju bandara. Total peserta trip kali ini ada 13 orang, aku dan Ricco dari BDG, Mas Andi dan Mbak Anis (temanku dari Yogya), 7 orang teman Ricco dari JKT, dan 2 orang saudara Mbak Tari yang bawa mobil.

Perjalanan dari Yogya menuju Pacitan kurang lebih 3-4 jam menggunakan mobil, dengan kondisi jalan yang benar-benar super metal, dan supir kami Mas Wahyu, anak UGM angkatan 2004, yang juga metal dan aku akui jago banget nyetirnya, ternyata dia sudah melanglang buana ke pedalaman papua dan juga bali sampai satu tahun,pantas saja. Setelah mpet-mpetan di kereta eko, jalan kaki di Yogya dan perjalanan mpet-mpetan dalam mobil tanpa AC tanpa henti bikin kelaparan. Sampai di kota Pacitan, kami berhenti di sebuah warung pecel. Fyi, lontong pecel dengan porsi kuli dan rasa yang enak cukup dengan Rp 3.000,- saja.

Kota Pacitan tidak begitu besar, dan bahkan tidak ada pusat perbelanjaan (mall) disana. Bahkan jalan menuju kotanya bukan jalan besar, jalannya berlika-liku tebing dan hanya cukup dilalui untuk dua mobil kecil (dua arah). Tapi jalanan di kota cukup besar, dan banyak tempat makan. Tapi saat keluar dari kota, maka sinyal pun hilang, jadi lebih baik kalau sedang tidak di kota, hp lebih baik dimatikan. Setelah makan kami langsung menuju ke pantai Sidomulyo, lalu ke Banyu Anget (tempat pemandian air hangat yang aneh, mending ciater atau cipanas garut pokoknya), lalu mendirikan tenda di pantai Teleng Ria. Di Pantai teleng Ria soal pemandangan biasa saja, tapi disana banyak warung-warung jadi ga repot cari makan, listrik dan toilet.

Pagi hari kami langsung berangkat kembali ke Srau, Watukarung dan Pasir Putih. Dan di pantai Srau, kami bertemu dengan para surfer-surfer bule, wuah kenapa ya sering kali kok bule-bule itu lebih tau ya tentang negara kita, dibandingkan orang kita sendiri. Di antara ke tiganya, yang paling lumayan adalah pantai Srau. Dan setelah itu, akhirnya, Goa Gong! Dan ternyata Goa Gong memang benar-benar bagus, pemerintah setempat sudah menjadikannya tempat wisata, jadi di dalamnya tidak perlu repot karena sudah ada jalan dan tangga, selain itu sudah bdi kasih lampu warna-warni, yah jadi agak kurang sih kealamiannya. kenapa disebut goa gong? karena di dalamnya terdapat sebuah batu besar, dimana kalau dipukul akan bunyi "Gong..Gong..." Lalu sempat mampir ke Goa Tabuhan, goa ini jadi kurang menarik karena kami baru saja dari Goa Gong, khasnya adalah batu-batu yabng dipukul berbunyi seperti gamelan, tapi sayangnya hanya boleh dipukul oleh petugas, dan kalau mau dengar lagunya dikenakan biaya 1-5 lagu seharga Rp 70.000,-, wew cukup mahal kan... Yang cukup unik, tempat-tempat wisata yang kami datangi cukup jauh dari pusat kota Pacitan, tapi akses jalannya paling tidak sudah di aspal. Dan sepanjang perjalanan dimana-mana kami melihat berbagai macam plang kayu dengan tulisan himbauan yang sama setiap hampir satu meter sekali, dengan berbagai jenis kalimat tapi intinya adalah "dilarang buang air besar (BAB) sembarangan". Wuah apakah orang-orang desa nya masih sebegitunyakah, dan mungkin itu juga sebagai pengingat untuk para wisatawan "hati-hati banyak ranjau",hehe...


PANTAI SRAU


Goa Gong- Serasa masuk ke rumah Superman, Kryptonite



Inilah mengapa disebut Goa Gong, kalau kita pukul akan berbunyi seperti Gong

kemudian kami mendirikan tenda di pantai Klayar. Dan di antara seluruh pantai yang aku datangi di Pacitan, pantai inilah yang paling indah! Kalau kalian kesana, mengingat tidak ada penginapan (bahkan listrik pun tak ada), jadi kalian harus bawa tenda, sleeping bag, senter, perlengkapan standar untuk camping, agar tidak melewatkan sunset dan juga sunrise nya. Kalau menurutku rugi banget udah jauh-jauh kesana dan ga lihat sunset serta sunrise, tapi sayang agak berbahaya untuk bermain air disini karena ombaknya kencang. Pantai klayar ini punya tebing-tebing yang ga kalah keren dari pantai Kuta-Tanjung Aan Lombok, yang membedakan emang pasir di pantai Kuta Lombok ga ada yang ngalahin! Di pantai Klayar ada warung makan yang akan buka sampai magrib, selewatnya kita bisa pesan ke rumah pak RT setempat, yang dengan motor sekitar 10 menit, kemarin satu nasi bungkus pakai sayur, tempe, dan telur dadar cukup Rp 4000,-, dan pagi hari ibu RT akan buka warung di pantai dan kita bisa pesan indomie, hehe... Ada mushola dan kamar mandi umum, tapi sayangnya ga ada listrik, jadi harus sedia senter, dan untuk mandi harus nimba air dulu dari sumur.


PANTAI KLAYAR


sunset di pantai Klayar


sunrise di pantai klayar *bermain dengan air yang menyembur dari sela-sela karang itu loh


Di pacitan tidak ada angkot, jadi lebih baik sewa motor atau bawa kendaraan pribadi seperti mobil. Di kota banyak terdapat penyewaan motor dan mobil, jadi ga perlu repot. Dan karena disana jarak tempat wisata sangat jauh, dengan kondisi jalan yang berlika-liku. Harus banyak bertanya sama warga supaya ga nyasar, hmm lebih baik lagi kalau bisa berbahasa Jawa!

Pagi hari dari Klayar kami langsung menuju Yogya kembali, lebih tepatnya Bantul sanaan lagi, kami pergi ke Goa Cerme. Untuk masuk goa cerme harus rela berbasah-basahan, dan pakai helm yang disediakan kalau masih sayang kepala, jangan lupa untuk masuk bersama pemandu. Perjalanan yang kami tempuh dalam goa dan berjalan kembali ke parkiran sekitar 2 jam, dan cukup melelahkan. Setelah mandi, kami langsung menuju Yogya karena teman-teman rombongan JKT harus mengejar kereta Progo. Aku dan Ricco turun duluan untuk makan gudeg, jalan-jalan ke alun-alun dan Malioboro, lalu mendengar kabar dari teman Ricco yang mencarikan tiket bus untuk pulang bahwa seluruh bus menuju bdg malam itu sudah penuh. Karena badan sudah sgt capek, kami ga sanggup lagi naik kereta eko, mengingat berangkatnya dari kediri jadi sampai Yogya pasti sudah sangat penuh dan kami harus berdiri di gerbong semalaman, jadi kami putuskan naik bus, supaya bisa tidur. Saking paniknya akhirnya kami beli tiket bus Budiman yang menuju Tasik, Rp 65.000,- AC dan dapat makan malam, hehe. Sesampainya di Tasik pukul 2.00 sempat terlantar di Pool Budiman karena menunggu bus lanjutan yang menuju Bandung, setelah hampir menunggu 1 jam akhirnya bus dari Solo menuju BDG lewat dan kami naik, tapi bayar lagi RP 25.000,-. Lumayan deh, tapi yang penting cepat sampai dan cepat istirahat. :)