Monday, March 08, 2010

Pacitan, Jawa Timur

Halo Halo Halo Halo

Sudah lama sekali aku tidak menulis, dan sudah banyak perjalanan yang tidak tercatat disini (bulan Desember awal ke Kamboja, Thailand, dan Singapura dan tahun baru ke Yogyakarta, suatu saat akan aku posting). Bukan karena super sibuk sampai tidak menulis, tapi karena sebenarnya aku tidak begitu suka menulis dan juga tidak pandai menulis. Tapi perjalanan terakhir kemarin benar-benar ingin aku ceritakan.

Di penghujung akhir bulan Febuari kemarin terdapat libur panjang di akhir pekan, karena itulah aku dan Ricco merealisasikan keinginan kita dari tahun lalu yang tertunda yaitu ke Pacitan. Banyak orang bingung dan bertanya "ada apa di Pacitan?", mulanya kami penasaran dengan Goa Gong yang kabarnya merupakan salah satu goa terindah di Asia Tenggara.

Kamis malam kami berangkat dari Stasiun Padalarang menggunakan kereta ekonomi Kahuripan dengan biaya Rp 26.000,- menuju Yogyakarta. Karena esok harinya long weekend, kami pun kehabisan tiket duduk, tinggal yang berdiri saja. Padahal kan tiket kereta ekonomi harus beli on the spot, ga bisa dari beberapa hari sebelumnya, tapi ternyata dari pagi sudah habis. Ada untungnya datang lebih cepat, jadi kami pergi ke Restorka (gerbong makan), dan ditawari duduk dengan membayar biaya tambahan Rp 25.000,- kalau duduk di bangku (yang ada mejanya) atau Rp 20.000,- di bangku tambahan (semacam bangku plastik), dan selain dapet duduk dapet makan (pilihannya nasi rames, nasi goreng, mie goreng atau mie rebus) dan minum (teh manis hangat). Daripada berdiri semalaman dan kebetulan kami juga belum makan jadi kami putuskan untuk mengambil tempat duduk. Dan ternyata benar saja, kereta benar-benar penuh, bahkan sempat di beberapa stasiun penumpang yang sudah membeli tiket tidak bisa naik karena kapasitas kereta yang sudah berlebihan. Berangkat pukul 19.30, kami sampai di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta pukul 6.00.

Sambil menunggu rombongan dari Jakarta (teman-teman Ricco), kami bebersih di toilet stasiun dan sarapan di warung makan depan stasiun yang menyediakan jasa charge HP bayar Rp 2000,-,hehe.. Rombongan JKT datang, kemudian mereka langsung mengantri membeli tiket kereta eko untuk pulang hari minggu nanti, tempat penjualan tiket belum buka tapi yang antri sudah panjang sekali. Klo untuk kereta eko yang dari dan ke jkt, kita bisa beli tiket beberapa hari sebelumnya, tidak seperti yang ke BDG.

Kami akan ke Pacitan dengan menggunakan dua mobil milik Mbak Tari (teman Ricco dari JKT yang asli orang Yogya). meeting point selanjutnya dengan Mbak Tari di bandara, sehingga dari stasiun kami harus jalan kaki ke Malioboro dan kemudian naik Trans Yogya menuju bandara. Total peserta trip kali ini ada 13 orang, aku dan Ricco dari BDG, Mas Andi dan Mbak Anis (temanku dari Yogya), 7 orang teman Ricco dari JKT, dan 2 orang saudara Mbak Tari yang bawa mobil.

Perjalanan dari Yogya menuju Pacitan kurang lebih 3-4 jam menggunakan mobil, dengan kondisi jalan yang benar-benar super metal, dan supir kami Mas Wahyu, anak UGM angkatan 2004, yang juga metal dan aku akui jago banget nyetirnya, ternyata dia sudah melanglang buana ke pedalaman papua dan juga bali sampai satu tahun,pantas saja. Setelah mpet-mpetan di kereta eko, jalan kaki di Yogya dan perjalanan mpet-mpetan dalam mobil tanpa AC tanpa henti bikin kelaparan. Sampai di kota Pacitan, kami berhenti di sebuah warung pecel. Fyi, lontong pecel dengan porsi kuli dan rasa yang enak cukup dengan Rp 3.000,- saja.

Kota Pacitan tidak begitu besar, dan bahkan tidak ada pusat perbelanjaan (mall) disana. Bahkan jalan menuju kotanya bukan jalan besar, jalannya berlika-liku tebing dan hanya cukup dilalui untuk dua mobil kecil (dua arah). Tapi jalanan di kota cukup besar, dan banyak tempat makan. Tapi saat keluar dari kota, maka sinyal pun hilang, jadi lebih baik kalau sedang tidak di kota, hp lebih baik dimatikan. Setelah makan kami langsung menuju ke pantai Sidomulyo, lalu ke Banyu Anget (tempat pemandian air hangat yang aneh, mending ciater atau cipanas garut pokoknya), lalu mendirikan tenda di pantai Teleng Ria. Di Pantai teleng Ria soal pemandangan biasa saja, tapi disana banyak warung-warung jadi ga repot cari makan, listrik dan toilet.

Pagi hari kami langsung berangkat kembali ke Srau, Watukarung dan Pasir Putih. Dan di pantai Srau, kami bertemu dengan para surfer-surfer bule, wuah kenapa ya sering kali kok bule-bule itu lebih tau ya tentang negara kita, dibandingkan orang kita sendiri. Di antara ke tiganya, yang paling lumayan adalah pantai Srau. Dan setelah itu, akhirnya, Goa Gong! Dan ternyata Goa Gong memang benar-benar bagus, pemerintah setempat sudah menjadikannya tempat wisata, jadi di dalamnya tidak perlu repot karena sudah ada jalan dan tangga, selain itu sudah bdi kasih lampu warna-warni, yah jadi agak kurang sih kealamiannya. kenapa disebut goa gong? karena di dalamnya terdapat sebuah batu besar, dimana kalau dipukul akan bunyi "Gong..Gong..." Lalu sempat mampir ke Goa Tabuhan, goa ini jadi kurang menarik karena kami baru saja dari Goa Gong, khasnya adalah batu-batu yabng dipukul berbunyi seperti gamelan, tapi sayangnya hanya boleh dipukul oleh petugas, dan kalau mau dengar lagunya dikenakan biaya 1-5 lagu seharga Rp 70.000,-, wew cukup mahal kan... Yang cukup unik, tempat-tempat wisata yang kami datangi cukup jauh dari pusat kota Pacitan, tapi akses jalannya paling tidak sudah di aspal. Dan sepanjang perjalanan dimana-mana kami melihat berbagai macam plang kayu dengan tulisan himbauan yang sama setiap hampir satu meter sekali, dengan berbagai jenis kalimat tapi intinya adalah "dilarang buang air besar (BAB) sembarangan". Wuah apakah orang-orang desa nya masih sebegitunyakah, dan mungkin itu juga sebagai pengingat untuk para wisatawan "hati-hati banyak ranjau",hehe...


PANTAI SRAU


Goa Gong- Serasa masuk ke rumah Superman, Kryptonite



Inilah mengapa disebut Goa Gong, kalau kita pukul akan berbunyi seperti Gong

kemudian kami mendirikan tenda di pantai Klayar. Dan di antara seluruh pantai yang aku datangi di Pacitan, pantai inilah yang paling indah! Kalau kalian kesana, mengingat tidak ada penginapan (bahkan listrik pun tak ada), jadi kalian harus bawa tenda, sleeping bag, senter, perlengkapan standar untuk camping, agar tidak melewatkan sunset dan juga sunrise nya. Kalau menurutku rugi banget udah jauh-jauh kesana dan ga lihat sunset serta sunrise, tapi sayang agak berbahaya untuk bermain air disini karena ombaknya kencang. Pantai klayar ini punya tebing-tebing yang ga kalah keren dari pantai Kuta-Tanjung Aan Lombok, yang membedakan emang pasir di pantai Kuta Lombok ga ada yang ngalahin! Di pantai Klayar ada warung makan yang akan buka sampai magrib, selewatnya kita bisa pesan ke rumah pak RT setempat, yang dengan motor sekitar 10 menit, kemarin satu nasi bungkus pakai sayur, tempe, dan telur dadar cukup Rp 4000,-, dan pagi hari ibu RT akan buka warung di pantai dan kita bisa pesan indomie, hehe... Ada mushola dan kamar mandi umum, tapi sayangnya ga ada listrik, jadi harus sedia senter, dan untuk mandi harus nimba air dulu dari sumur.


PANTAI KLAYAR


sunset di pantai Klayar


sunrise di pantai klayar *bermain dengan air yang menyembur dari sela-sela karang itu loh


Di pacitan tidak ada angkot, jadi lebih baik sewa motor atau bawa kendaraan pribadi seperti mobil. Di kota banyak terdapat penyewaan motor dan mobil, jadi ga perlu repot. Dan karena disana jarak tempat wisata sangat jauh, dengan kondisi jalan yang berlika-liku. Harus banyak bertanya sama warga supaya ga nyasar, hmm lebih baik lagi kalau bisa berbahasa Jawa!

Pagi hari dari Klayar kami langsung menuju Yogya kembali, lebih tepatnya Bantul sanaan lagi, kami pergi ke Goa Cerme. Untuk masuk goa cerme harus rela berbasah-basahan, dan pakai helm yang disediakan kalau masih sayang kepala, jangan lupa untuk masuk bersama pemandu. Perjalanan yang kami tempuh dalam goa dan berjalan kembali ke parkiran sekitar 2 jam, dan cukup melelahkan. Setelah mandi, kami langsung menuju Yogya karena teman-teman rombongan JKT harus mengejar kereta Progo. Aku dan Ricco turun duluan untuk makan gudeg, jalan-jalan ke alun-alun dan Malioboro, lalu mendengar kabar dari teman Ricco yang mencarikan tiket bus untuk pulang bahwa seluruh bus menuju bdg malam itu sudah penuh. Karena badan sudah sgt capek, kami ga sanggup lagi naik kereta eko, mengingat berangkatnya dari kediri jadi sampai Yogya pasti sudah sangat penuh dan kami harus berdiri di gerbong semalaman, jadi kami putuskan naik bus, supaya bisa tidur. Saking paniknya akhirnya kami beli tiket bus Budiman yang menuju Tasik, Rp 65.000,- AC dan dapat makan malam, hehe. Sesampainya di Tasik pukul 2.00 sempat terlantar di Pool Budiman karena menunggu bus lanjutan yang menuju Bandung, setelah hampir menunggu 1 jam akhirnya bus dari Solo menuju BDG lewat dan kami naik, tapi bayar lagi RP 25.000,-. Lumayan deh, tapi yang penting cepat sampai dan cepat istirahat. :)

7 comments:

  1. ka wina, finally you posting again i miss ur blog hehehe..
    tp postingan nya bikin iri sekali, jalan jalan mulu. hehehe...

    xoxo

    ReplyDelete
  2. Tks ceritanya. Fotonya juga bagus-bagus. Saya juga pengen banget ke Pacitan. Apalagi perjalanan yogya - pacitan hanya 3 jam an gitu. Emang bener kata orang pacitan bagus banget. Tapi belum tereksplore.

    ReplyDelete
  3. minta ijin copy fotonya mbak wina...coz mancabbbb banget n aq tertarik tuk sablon di kaosku...ntar aq kirim lo dah jadi, syukur mau makek....matur nuwun.

    ReplyDelete
  4. wah mbk, enak banget ya bisa keliling2 tempat2 yang indah.... bagi2 tipsnya dong..

    ReplyDelete
  5. keren,,,,kapan" coba aja ke Malang (Pulau Sempu)

    ReplyDelete
  6. bagus...hari minggu , tgl 6 mei ,tunas bhakti godegan, jati, skh, jalan2 ke sana...semoga disambut baik...tungguin kita ya...

    ReplyDelete